Share Post

Samsun Perkenalkan Kopi Luwak Dari Prangat Kukar

SAMARINDA- Di Kabupaten Kutai Kartanegara ada produksi kopi luwak. Tepatnya di Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu. Bahkan, lokasi itu disebut dengan nama “Kampung Kopi Luwak”.

“Kita patut berbangga, di Kaltim ada kopi luwak yang namanya sudah tersohor di nusantara. Ini menunjukkan petani kita hebat dan mampu menghasilkan produk berkualitas,” ujar Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun di Samarinda, beberapa waktu lalu.

Apresiasi dari politisi PDI Perjuangan itu disampaikan setelah melihat dan merasakan secara langsung Kampung Kopi Luwak andalan Kukar itu.

Dia menceritakan, bagaimana proses penanaman kopi dilakukan, yaitu ditanam di sela-sela pepohonan kebun karet. Kopi yang ditanam itu merupakan jenis liberika, yang memiliki cita rasa khas dan aromatik.

Disebut kopi luwak, karena proses pembuatan menjadi kopi bubuk melalui tahapan berliku. Yaitu buah kopi dibiarkan dimakan oleh Luwak dan kemudian dibiarkan sampai hewan yang dipelihara itu mengeluarkan bersama kotorannya. Setelah itu dicuci yang bersih dan diolah menjadi bubuk kopi.

“Kopi liberika ini jarang ditemukan di daerah lain. Ini produk unggul dan wajib diberikan perhatian serius dalam pengembangannya. Saya akan menyampaikan aspirasi ini ke pemerintah provinsi dan pusat agar mendapat dukungan lebih,” kata Samsun.

Samsun juga mengapresiasi kinerja Kepala Desa Prangat Baru, seorang perempuan yang meski tengah hamil masih bersemangat menunjukkan potensi yang dimiliki di wilayahnya.

Kampung Kopi Luwak itu milik Rindoni. Dia sengaja mendisainnya mirip objek wisata, bahkan di bagian depan yang menjadi tempat tinggalnya juga ada ruang luas yang kerap dijadikan pertemuan.

Ruang luas ini juga berfungsi sebagai ruang tamu, bahkan jika ada sosialisi yang melibatkan petani maupun kelompok tani juga kerap digelar di ruang ini.

Di samping ruang luas ini terdapat warung makan dan warung sembako. Di ruang pertemuan hingga gazebo di perkebunan kopi juga dijadikan lokasi pembelajaran tentang perkebunan kopi, sehingga wajar ia kemudian menyebut lokasi itu sebagai kampung.

Ia menjual bubuk kopi luwak olahannya seharga Rp210 ribu per kemasan yang berisi 50 gram. Ini berarti per gram seharga Rp4.200 atau mencapai Rp4,2 juta per kilogram.

“Jenis kopi yang saya kembangkan adalah liberika. Total lahan yang ada mencapai sembilan hektare dari jumlah ini baru dua hektareyang saya tanami liberika sedangkan yang tujuh hektare lagi masih dalam pengembangan yang saat ini menunggu proses pembibitan,” ucap Rindoni. #ADV/reel

 

Share Post
Leave A Reply

Your email address will not be published.