Andi Susiawan: Tomat Menjadi Tumpuan Hidup Keluarga

1BANGSA.ID-Dengan wajah semringah dan senyum mengembang, Andi Susiawan petani yang tinggal di wilayah Desa Mekar Jaya Kecamatan Sebulu menyusuri areal lahan tanaman tomat yang ada di kebunnya, sesekali tangannya menyentuh dan membelai tanaman yang ada, seakan berdialog dengan tanaman yang ada.

Dalam satu hari minimal 2 kali Andi Susiawan menyapa dan menyentuh tanaman yang ada, pagi dan sore hari. Bagi Andi Susiawan, sentuhan dan obrolan singkat dalam hati dengan tanaman yang ada di areal lahannya adalah sebuah ritual yang harus dilakukan, Andi Susiawan menganggap tanaman adalah bagian dari hidupnya sehingga perlu dirawat, dijaga dan dibelai.

“Tanaman harus diibaratkan anak sendiri, jadi perlu disentuh, dibelai dan dijaga dengan sepenuh hati, karena tanaman yang ada itulah yang bisa membawa hidup kehidupan keluarga. Berhasil tidaknya panen tergantung dari hubungan antara petani dan tanaman yang ada. kalau kita bisa mencintai dan menyayangi tanaman yang ada, bukan tidak mungkin tanaman itu bisa membantu dan menambah pundi-pundi dalam keluarga,” kata Andi Susiawan filosofis, Jum’at (8/11/2024) di lahannya.

Diakui Andi Susiawan, lahan tanaman tomat yang diusahakan seluas 2 hektar, semuanya ditanami tomat. Dipilihnya tomat tidak lepas dari iklim yang ada, saat ini cuaca yang ada cukup panas dan hanya sesekali hujan, sehingga panen yang dialaminya sangat baik, setiap panen berhasil mencapai 7 ton.

“Kalau menanam tomat saat hujan, bisa dipastikan akan mengalami kerugian, karena hujan yang terus menerus akan merusak akar tanaman tomat yang akibatnya membuat tanaman tomat tidak bisa berkembang dengan baik,” jelas Andi Susiawan.

Iklim, menurut Andi Susiawan sangat membantu petani dalam bercocok tanam, petani biasanya sudah mengetahu tentang seluk iklim, sehingga saat iklim tertentu, maka petani akan menanam tanaman yang tepat dan cocok di lahannya, jadi tidak sembarangan atau menggunakan aji mumpung.

Mengenai harga tomat, Andi Susiawan mengakui tergantung harga di pasaran, tidak bisa diprediksi, pernah harga tomat hanya berkisar Rp3.000, tapi pernah juga Rp7.000 dan yang harga yang paling tinggi dirasakan Andi Susiawan ketika harga tomat mencapai Rp18.000.

“Petani biasanya hanya bisa menerima harga sesuai pasar, tidak berani melakukan spekulasi atas harga, semuanya disesuaikan dengan harga pasaran yang ada di Tenggarong maupun yang ada di Samarinda,” papar Andi Susiawan yang berusia sekitar 40 tahun.

Dengan harga yang berfluktuasi tersebut, Andi Susiawan yang dibantu 7 pekerja tetap bekerja dengan penuh ikhlas, tidak terlalu ngotot, semuanya diserahkan kepada Yang Maha Kuasa, karena Andi Susiawan berprinsip bahwa rejeki yang diterima itu adalah suratan yang telah ditetapkan, tidak bisa protes atau mengeluhkan atas hasil yang diterimanya.#

Reporter: Hardin|Editor:Hs Kalhatan|Adv|Distanak Kukar

Share Post
@hskalhatan#tomatdan andisusiawanDistanak
Comments (0)
Add Comment