SAMARINDA – Semakin bertambahnya penduduk perkotaan di Kota Samarinda, yaitu 861.878 jiwa (tahun 2023), menjadi ancaman bagi sanitasi lingkungan, terutama di kawasan pemukiman padat penduduk. Bahkan, anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Satya Adi Saputra, menekankan pentingnya perhatian terhadap sanitasi di pemukiman ibu kota provinsi itu.
Andi Satya Adi Saputra yang menyandang profesi dokter menjelaskan, salah satu tantangan utama dalam pembangunan sanitasi adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang isu ini.
“Ini yang banyak terjadi di mana-mana. Sering kali, warga mengabaikan dampak serius dari fasilitas sanitasi yang buruk,” ungkapnya kepada wartawan, Minggu (24/11/2024).
Dia menambahkan bahwa kondisi sanitasi yang tidak memadai dapat memicu wabah penyakit, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Dia menyaksikan langsung pencemaran yang terjadi di sungai-sungai, terlebih Sungai Karang Mumus yang panjangnya membelah kota Tepian.
Di Sungai Karang Mumus masih sering ditemukan masyarakat membuang sampah, bahkan kotoran manusia dan hewan ke sungai. Padahal, air sungai masih digunakan untuk keperluan rumah tangga warga.
“Dengan sanitasi yang buruk, berbagai penyakit menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat,” ucapnya.
Sebagai legislator muda dari Fraksi Golkar, Andi Satya menitikberatkan perlunya sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya sanitasi yang baik.
“Masyarakat perlu disadarkan akan bahaya dari sanitasi yang tidak layak,” tegasnya.
Dia juga menyarankan penggunaan media sosial sebagai alat untuk mengkampanyekan lingkungan yang sehat di permukiman.
Andi Satya menegaskan komitmen DPRD untuk mendukung program pemerintah yang berfokus pada sanitasi dan peningkatan kualitas lingkungan, khususnya di Samarinda dan sekitarnya.
“Kami di DPRD akan terus mendorong agar program-program peningkatan kualitas sanitasi berjalan dengan baik, baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan,” kata dia. #
Reporter: Hard | Editor: Charl | ADV DPRD Kaltim