Desa Budaya Pampang Akan Dikembangkan, DPRD Minta Fasilitas Budaya Diperkuat

1BANGSA.ID — Komitmen masyarakat adat di Desa Budaya Pampang, Kota Samarinda, untuk merawat seni dan tradisi Dayak terus mendapat sorotan positif. Pemerintah Kota bersama DPRD Samarinda berencana mendorong pengembangan kawasan budaya ini melalui penataan infrastruktur secara bertahap mulai 2026 mendatang.

Anggota Komisi II DPRD Samarinda, Viktor Yuan, menilai bahwa antusiasme wisatawan yang datang ke Pampang semakin tinggi. Hal ini terlihat dari ramainya pengunjung di lamin (rumah adat) setiap pertunjukan rutin digelar. Namun, keterbatasan kapasitas ruang pertunjukan menjadi tantangan yang perlu segera diatasi.

“Lamin yang ada sering tidak cukup menampung semua pengunjung. Maka penambahan satu bangunan lagi penting agar pertunjukan bisa berjalan lebih leluasa,” ujar Viktor kepada wartawan, Sabtu (28/6/2025).

Viktor menekankan, pembangunan Desa Budaya Pampang tidak boleh hanya sebatas perbaikan jalan menuju lokasi, tetapi juga menyentuh sarana budaya pendukung. Ia mendorong pemerintah untuk menambah aula adat, memperbaiki ornamen tradisional, dan memastikan bangunan lain tetap sesuai dengan identitas budaya Dayak.

“Kalau Pampang ingin benar-benar menjadi destinasi wisata unggulan, ya tentu infrastrukturnya juga harus menunjang,” tegasnya.\

Rencana Pengembangan Pampang 2026

Mengutip dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Samarinda 2025–2026, kawasan Desa Budaya Pampang akan ditetapkan sebagai desa wisata berbasis budaya Dayak dengan dukungan:

  • Pembangunan lamin tambahan

  • Perbaikan aula pertunjukan

  • Revitalisasi panggung terbuka

  • Penataan area parkir dan jalan lingkungan

  • Pembangunan galeri suvenir masyarakat adat

Pemerintah juga menargetkan Pampang menjadi ikon wisata budaya nasional, mendatangkan sedikitnya 20.000 wisatawan per tahun.

Masyarakat Adat Jadi Pelaku Utama

Viktor menegaskan, seluruh program penataan harus tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal dan melibatkan masyarakat adat sebagai pelaku utama.

“Kalau masyarakat adat diberi ruang yang lebih luas, pertunjukan budaya akan semakin hidup. Ini bukan sekadar wisata, tapi soal identitas kita yang harus terus dijaga,” pungkasnya. #

Editor: wong

Share Post
Comments (0)
Add Comment