1BANGSA.ID — Matahari pagi baru saja menembus kabut tipis di Desa Sumber Sari, Kecamatan Loa Kulu. Udara lembap bercampur aroma lumpur sawah, tapi wajah-wajah petani di sana justru bersinar cerah. Hari itu bukan hari biasa — melainkan hari di mana mereka membuktikan bahwa kerja keras dan pengetahuan bisa mengalahkan segala keterbatasan.
Dengan semangat gotong royong, para petani bersama penyuluh dan pegawai Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar panen raya yang mencatat hasil luar biasa: 7 ton gabah kering per hektare!
Angka ini melampaui rata-rata produksi sawah Kukar, yang biasanya hanya mencapai 4,1 ton per hektare.
“Kalau dikonversi, hasil panen ini mencapai sekitar 4,5 ton gabah kering giling. Ini angka yang tergolong tinggi dibandingkan rata-rata sawah di Kukar,” ujar Kepala Distanak Kukar, M. Taufik, yang turut hadir menyaksikan panen raya itu, Senin (25/8/2025).
Hasil luar biasa itu ternyata bukan datang begitu saja. Taufik menjelaskan, keberhasilan petani Sumber Sari lahir dari kombinasi kerja keras, pendampingan intensif, dan dukungan pemerintah daerah.
“Kami melihat kualitas padi yang sangat bagus, juga pengelolaan air yang optimal. Faktor-faktor ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas,” ujarnya sambil memegang setangkai malai padi yang tampak padat dan berat.
Selain penyuluhan, pemerintah juga menyediakan benih unggul, sarana produksi pertanian, dan alat serta mesin pertanian (alsintan) untuk mempercepat proses pengolahan lahan.
“Dengan alsintan, petani bisa bekerja lebih cepat dan efisien. Dulu butuh dua minggu untuk mengolah sawah, sekarang cukup tiga hari,” tambahnya.
Di tengah perubahan cuaca yang tak menentu dan naik-turunnya harga gabah, capaian 7 ton gabah per hektare ini menjadi angin segar bagi petani Kukar. Selain meningkatkan pendapatan, hasil panen ini juga memperkuat ketahanan pangan daerah, sebuah target besar yang tengah dikejar Pemerintah Kabupaten Kukar.
Samsuri (48), salah satu petani yang ikut dalam panen raya itu, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.
“Dulu kami cuma dapat tiga sampai empat ton. Sekarang bisa tujuh ton, itu luar biasa. Kami mau terus belajar dan pakai cara baru dari penyuluh,” katanya sambil tersenyum.
Distanak Kukar berkomitmen menjadikan Sumber Sari sebagai model pertanian modern berbasis teknologi dan kolaborasi. Program seperti optimalisasi lahan, pengelolaan air presisi, hingga pelatihan budidaya digital akan diperluas ke kecamatan lain.
“Ke depan, kami ingin pola sukses di Sumber Sari ini bisa diterapkan di seluruh wilayah Kukar. Dengan sinergi antara petani, penyuluh, dan pemerintah, produktivitas bisa meningkat signifikan,” tutur Taufik optimistis.
Bagi petani Sumber Sari, panen raya kali ini bukan hanya soal hasil — tetapi simbol kemenangan kecil atas kerja keras dan kebersamaan. Di tengah sawah yang hijau menguning itu, mereka membuktikan bahwa kemajuan pertanian bukan hanya wacana, tapi nyata di tangan mereka sendiri.
“Dari Sumber Sari, kita belajar bahwa ketahanan pangan dimulai dari semangat petani kecil,” kata Taufik sebelum meninggalkan lokasi panen.
Dan pagi itu, di bawah langit biru Loa Kulu, gemerincing gabah yang jatuh ke karung terdengar seperti lagu kemenangan — lagu sederhana tentang harapan, kerja keras, dan masa depan pertanian Kukar yang semakin cerah.
Hardin | Wong | Adv