Separuh Keluarga Risiko Stunting Berasal dari Ibu Tidak Ber-KB, DPPKB Kutim Tegaskan Pentingnya Edukasi

1BANGSA.ID – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur menyoroti rendahnya kepesertaan program Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu pemicu meningkatnya jumlah keluarga risiko stunting (KRS). Data terbaru menunjukkan bahwa hampir separuh KRS berasal dari kelompok ibu usia subur yang tidak mengikuti program KB. Temuan ini menegaskan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi sebagai langkah awal menekan angka stunting.

Stunting, menurut DPPKB, tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan gizi balita, namun berawal dari kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama masa kehamilan. Minimnya penggunaan alat kontrasepsi memicu kehamilan berdekatan, jarak kelahiran tidak teratur, serta kurangnya waktu pemulihan fisik dan gizi bagi ibu. Kondisi tersebut berpotensi besar menyebabkan bayi lahir dengan risiko pertumbuhan terhambat.

Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga DPPKB Kutim, Ani Saidah, menegaskan bahwa stunting harus dipandang dari perspektif ketahanan keluarga secara menyeluruh.

“Permasalahan stunting berawal dari ibu. Ketika ibu tidak mengikuti KB, jarak kelahiran menjadi terlalu dekat, kesehatan belum pulih, dan kebutuhan nutrisi belum terpenuhi dengan baik. Ini sangat mempengaruhi meningkatnya keluarga risiko stunting,” ujarnya, Selasa (4/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa program KB bukan sekadar pengaturan jumlah anak, melainkan memastikan kesiapan tubuh ibu agar dapat menjalani kehamilan yang sehat. Melalui KB, ibu memiliki waktu memulihkan stamina, menata asupan gizi, serta memberikan perhatian penuh kepada anak sebelumnya.

Untuk menekan tingginya angka KRS, DPPKB Kutim memperkuat strategi edukasi melalui kampanye media, kerja sama dengan kader posyandu, bidan desa, puskesmas, tokoh agama, dan penyuluhan langsung kepada ibu-ibu dalam kategori KRS. Pendekatan ini dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan untuk membangun kesadaran keluarga mengenai pentingnya kesehatan reproduksi.

“Kami ingin memastikan ibu tidak hanya ikut KB, tetapi juga memahami alasan medis dan manfaatnya bagi keluarga. Jika ibu sehat, anak tumbuh lebih optimal. Ketika jarak kelahiran ideal, kesiapan ekonomi dan pemenuhan gizi keluarga juga lebih terjamin,” tambah Ani.

Selain edukasi reproduksi, DPPKB turut memasukkan materi pola asuh, ketahanan keluarga, dan kesadaran gizi sebagai bagian dari program intervensi hulu pencegahan stunting. Pendekatan komprehensif ini diharapkan mampu memutus rantai risiko stunting mulai dari kesehatan ibu.

 

Dengan penguatan edukasi dan dukungan lintas sektor, DPPKB Kutai Timur optimistis mampu menekan jumlah keluarga risiko stunting sekaligus mendorong terwujudnya generasi yang lebih sehat dan berkualitas di masa mendatang.

NURD | LE | ADV

Ani Saidah DPPKBDPPKB KutimEdukasi kesehatan reproduksiKB dan jarak kelahiranKeluarga Risiko StuntingPencegahan stuntingProgram KB KutimStunting Kutai Timur
Comments (0)
Add Comment