1BANGSA.ID-Keterbatasan anggaran kembali menjadi tantangan utama dalam pengembangan sektor ekonomi kreatif (Ekraf) di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Tahun ini, Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata (Dispar) Kutim hanya dapat menjalankan program-program prioritas, sementara sejumlah kegiatan teknis harus ditunda karena minimnya biaya operasional.
Kabid Ekraf Dispar Kutim, Ahmad Rifani, menegaskan bahwa anggaran memegang peran penting dalam hampir seluruh aktivitas pengembangan Ekraf, mulai dari fasilitasi hak cipta, pelatihan, pendampingan pelaku kreatif, hingga penyelenggaraan festival.
“Kita ini ibarat motor lengkap, ada suratnya, tapi bensinnya tidak ada. Operasional itu yang paling menentukan,” ujarnya.
Menurut Rifani, kondisi keuangan daerah yang harus berhemat membuat tidak semua subsektor kreatif dapat difasilitasi setiap tahun. Dampaknya, penguatan data pelaku, pelatihan lanjutan, hingga dukungan peralatan mengalami pengurangan skala.
Padahal Kutai Timur memiliki tujuh subsektor kreatif yang terus berkembang—mulai dari musik, film, fotografi, arsitektur, seni rupa, kriya, hingga fashion—masing-masing membutuhkan pendanaan yang berbeda untuk bisa maju.
Pendataan Pelaku Kreatif Masih Rendah
Selain persoalan anggaran, pendataan pelaku ekonomi kreatif juga masih menjadi kendala besar. Rendahnya partisipasi pelaku dalam mengisi formulir digital menyebabkan proses identifikasi kebutuhan subsektor berjalan lambat.
Situasi ini membuat penyusunan prioritas program menjadi kurang komprehensif, sehingga beberapa kegiatan yang membutuhkan data kuat tidak dapat dijalankan secara maksimal.
Rifani menyebut masih ada peluang untuk mendapatkan bantuan peralatan dan pelatihan dari kementerian terkait. Namun semua pengajuan tetap harus disertai basis data yang solid agar sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
“Kita tetap bergerak, tapi harus realistis. Dengan anggaran yang terbatas, mana kegiatan yang paling berdampak itu yang kita dahulukan,” katanya.
Bidang Ekraf Kutim berharap dukungan anggaran dari pemerintah daerah dapat ditingkatkan pada tahun mendatang. Rifani menilai, dengan pendanaan yang lebih kuat, pelaku kreatif di Kutai Timur tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga dapat berkembang menjadi sektor ekonomi baru yang mandiri, produktif, dan kompetitif.
Ar