Share Post

Bang Aan Dorong Pemilahan Sampah dari Sumber, Gandeng Dua RT Berprestasi Jadi Pilot Project TPSRT

Samarinda, 1bangsa.id  — Upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat kembali mendapat dorongan serius dari Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda, Muhammad Andriansyah atau yang akrab disapa Bang Aan. Ia kembali mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) milik PT ARI di Jalan Bugis, Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, Kamis (22/5/2025). Namun berbeda dari kunjungan sebelumnya, kali ini ia turut mengajak warga dari dua RT berprestasi: RT 18 Perumahan Korpri Sempaja Lestari dan RT 48 Perumahan Bengkuring Sempaja.

Bang Aan bersama warga RT 18 Korpri Sempaja dan RT 48 Bengkuring Sempaja saat kunjungan ke TPS3R PT ARI di Jalan Bugis, Sungai Pinang. (Foto : Fathur/1bangsa.id)

Kedua wilayah tersebut dipilih karena dinilai telah menunjukkan komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan, termasuk lewat keterlibatan aktif dalam program Kampung Salai sebuah inisiatif berbasis komunitas yang berhasil meraih berbagai penghargaan lingkungan. Kini, Bang Aan menjadikan keduanya sebagai percontohan awal penerapan program Tempat Pengolahan Sampah skala RT (TPSRT).

“Kami ingin masyarakat melihat langsung bagaimana proses pemilahan sampah dilakukan secara profesional—dari awal, mulai dari sampah rumah tangga, hingga menjadi material bernilai seperti botol plastik yang sudah dipadatkan dengan mesin press. Ini bukan hanya soal kebersihan, tapi juga bagaimana mengangkat nilai ekonomi dari sampah,” jelas Bang Aan.

Menurutnya, meski kesadaran warga dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga sudah mulai tumbuh, namun belum terbangun dalam sistem yang terstruktur. Melalui kunjungan ini, ia mendorong lahirnya desain TPSRT yang bisa diadaptasi secara luas di seluruh wilayah Samarinda.

“Kita ingin sampah diselesaikan di level paling dasar, yaitu rumah tangga dan RT. Kalau ini bisa kita wujudkan, beban ke TPA akan jauh berkurang,” tambahnya.

Namun, Bang Aan menyadari, membangun sistem yang ideal tidak bisa dilakukan sendiri. Ia menegaskan pentingnya sinergi antara DPRD, pemerintah kota, akademisi, hingga komunitas lingkungan.

“Mestinya program yang terkait dengan persoalan sampah kita duduk bareng—saya punya ide, Dinas Lingkungan Hidup punya ide, akademisi punya ide, komunitas juga punya ide. Kita kumpulkan semua, kita bentuk satu sistem yang baik untuk menyelesaikan persoalan ini,” tegasnya.

Ia mengaku telah berusaha membangun jembatan komunikasi antar-pemangku kepentingan, termasuk turun langsung ke warga sebagai bentuk komitmen pribadi.

“Supaya program ini tidak hanya menjadi khayalan, kita harus action. Selama ini saya berdialog dengan DLH, akademisi, komunitas, dan langsung menemui masyarakat. Meski terkadang harus berjalan sendiri, saya tetap turun ke lapangan agar program ini tidak hanya jadi wacana di ruang-ruang diskusi,” ujarnya.

Lebih dari sekadar pengurangan volume sampah, program ini juga ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah sebagai beban, menjadi potensi ekonomi yang bisa dikelola.

“Semoga apa yang kita kerjakan selama ini bisa benar-benar terwujud. Tidak hanya menyelesaikan persoalan teknis, tapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa sesuatu yang selama ini dianggap sampah bisa memberi nilai tambah bagi warga,” tutup Bang Aan.

Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi model replikasi bagi wilayah lain di Samarinda, serta menginspirasi pendekatan serupa di kota-kota lain. Sebuah langkah kecil dari komunitas, namun punya dampak besar bagi masa depan kota yang lebih bersih dan berdaya.

Reporter: Fathur | Editor: Wong | ADV

Share Post
Leave A Reply

Your email address will not be published.