Share Post

Aris Mulyanata Soroti Pembinaan Atlet Squash dan Persiapan Poprov Kaltim 2026

1bangsa.id, Samarinda – Squash, olahraga raket yang dimainkan dalam ruangan dengan empat dinding, terus berkembang di Kalimantan Timur. Namun, pembinaan atlet menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kepastian cabang olahraga ini di Pekan Olahraga Nasional (PON) hingga kebijakan pemerintah terkait Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

Usai menghadiri rapat di DPRD Kota Samarinda, Aris Mulyanata, anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda sekaligus Ketua Cabang Olahraga Squash Kota Samarinda, menegaskan bahwa pihaknya masih menunggu keputusan resmi dari KONI Provinsi dan Kabupaten/Kota mengenai status squash di PON.

“Kami masih menunggu apakah squash bisa dipertandingkan atau tidak. Harus ada usulan dari Pemprov karena prosesnya berjenjang. Jika squash masuk PON, pembinaan akan lebih maksimal,” ujar Aris.

Meskipun belum ada kepastian, pembinaan atlet tetap berjalan dengan latihan rutin setiap Sabtu dan Minggu, melibatkan lebih dari 20 atlet yang dipersiapkan untuk seleksi di tingkat provinsi.

Persiapan Menghadapi Pra Porprov Kaltim 2025 dan Porprov Kaltim VIII/2026

Selain menyoroti PON, Aris juga mengungkapkan bahwa atlet squash Samarinda tengah bersiap menghadapi Pra Porprov Kaltim 2025 serta Porprov Kaltim VIII/2026 yang akan digelar di Kabupaten Paser.

“Kami tetap melakukan pembinaan dan seleksi atlet untuk Pra Porprov dan Porprov 2026. Ini menjadi ajang penting bagi atlet squash di Samarinda agar bisa menunjukkan kemampuan terbaik mereka sebelum naik ke tingkat lebih tinggi,” katanya.

Menurutnya, squash di Samarinda memiliki potensi besar, tetapi masih banyak masyarakat yang kurang familiar dengan olahraga ini. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen untuk memperkenalkan squash lebih luas serta memastikan para atlet mendapatkan pembinaan terbaik.

“Kami juga berharap ada dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan swasta, untuk pengembangan squash di Samarinda, baik dari sisi fasilitas maupun regenerasi atlet,” tambahnya.

Tanggapan Soal DBON

Selain membahas persiapan squash, Aris juga menanggapi pertanyaan wartawan soal kabar pembubaran DBON—program strategis pemerintah untuk mencetak atlet berprestasi sejak usia dini.

“Kalau benar DBON dihapus, tentu sangat disayangkan. Program ini sangat strategis dalam membentuk atlet dari dasar hingga jenjang nasional. Jika dihapus, pembinaan bisa terganggu,” tegasnya.

Menurutnya, DBON selama ini berperan penting dalam menciptakan regenerasi atlet yang siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Jika program ini benar-benar ditiadakan, maka harus ada kebijakan pengganti yang memastikan pembinaan atlet tetap berjalan optimal.

“Atlet-atlet yang sudah masuk DBON itu adalah talenta terbaik yang dipersiapkan sejak dini. Kalau program ini hilang, siapa yang akan menjamin pembinaan mereka tetap berlanjut? Pemerintah harus memikirkan solusinya,” ujarnya.

Ia juga menyoroti bahwa dalam dunia olahraga, batasan usia atlet menjadi faktor penting dalam menentukan performa terbaik.

“Setiap cabang olahraga memiliki masa emasnya. Kalau sepak bola, usia emas biasanya di bawah 30 tahun, begitu juga dengan squash. Oleh karena itu, pembinaan usia muda sangat penting agar Kaltim memiliki atlet squash yang bisa bersaing di level nasional dan internasional,” tambahnya.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, komunitas squash di Kaltim tetap optimis dan berkomitmen untuk terus memajukan olahraga ini. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, squash berpotensi menjadi salah satu cabang olahraga unggulan di Kalimantan Timur.#

Reporter: Fathur | Editor : Wong | ADV

Share Post
Leave A Reply

Your email address will not be published.