1BANGSA.ID – Silang pendapat mengenai program makan bergizi gratis (MBG) bergema di gedung wakil rakyat DPRD Kota Samarinda Jalan Basuki Rahmat. Terutama soal alokasi anggaran karena program tersebut dari Pemerintah Pusat.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah mengumumkan nominal anggaran sebesar Rp10.000 per orang untuk sekali makan. Nominal tersebut yang dikalkulasi oleh para anggota DPRD Kota Samarinda, sangat sulit dipenuhi di Kota Samarinda.
Menurut anggota DPRD Samarinda, Abdul Rohim, masalah anggaran makan gratis harus dihitung dengan cermat agar tidak berdampak pada program-program pembangunan lainnya di kota Samarinda.
“Menurut saya. Ini bukan perpotensi lagi, tapi memang gak cukup. Uji coba kemarin itu seingat saya pemprov sudah harus menambah Rp7000,” kata politisi dari PKS (Partai Keadilan Sejahtera) ini.
Alokasi anggaran Rp10 ribu per orang dari pemerintah pusat, menurut Abdul Rohim, jauh dari cukup untuk menyelenggarakan program makan gratis bergizi. Salah satu alasannya adalah disparitas harga-harga kebutuhan pokok di Samarinda, berbeda dengan kota dan kabupaten di Pulau Jawa.
“Jangan sampai program nasional mengganggu stabilitas keuangan daerah, karena ini jumlahnya gak main-main,” ujarnya.
Perbedaan harga bahan pokok antara Pulau Jawa dan Kalimantan, khususnya di Samarinda, dinilai menjadi tantangan bagi pelaksanaan program makan bergizi gratis yang dicanangkan pemerintah pusat.
Anggota DPRD Samarinda lainnya, Rusdi Doviyanto, juga berpendapat seirama dengan Abdul Rohim. Politisi dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) itu mengatakan, alokasi dana sebesar Rp10 ribu per orang kurang relevan jika diterapkan di Kalimantan, mengingat harga bahan pokok di wilayah ini relatif lebih tinggi dibandingkan Jawa.
“Sepuluh ribu itu Kalau di Jawa mungkin ya. Tapi kalau di kaltim agak berat karena 10 ribu itu tidak hanya bahan tapi ada lima ribu lagi untuk transport, kokinya dan lain-lain. Nah ini yang memang 10 atau 15 ribu pun agak berat kita di kaltim,” ujar Rusdi yang pernah berbisnis restoran itu. #
Reporter: Fathur | Editor: Wong