1BNAGSA.ID- Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) melaksanakan panen padi varietas Leisa di Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, sekaligus memperkenalkan penerapan teknologi digitalisasi pertanian berbasis drone dan aplikasi digital farming.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya modernisasi pertanian daerah dalam meningkatkan efisiensi budidaya sekaligus menarik minat generasi muda di sektor pertanian.
Kepala Distanak Kukar, Muhammad Taufik, menjelaskan bahwa penggunaan drone untuk kegiatan pertanian kini mulai diterapkan di beberapa wilayah.
“Saat ini di Bukit Biru tersedia dua unit drone untuk penyemprotan, sementara di Anggana terdapat satu unit drone yang digunakan khusus untuk penyebaran benih,” ujar Taufik, Jumat (12/9/2025).
Ia menambahkan, pemanfaatan teknologi tersebut terbukti menghemat waktu, tenaga, dan biaya operasional petani, karena penyemprotan dan penyebaran benih dapat dilakukan dengan lebih cepat dan merata. Selain itu, teknologi digital farming yang digunakan mampu membantu memantau kondisi lahan secara real-time melalui sistem pemetaan berbasis aplikasi.
“Modernisasi ini bukan hanya soal efisiensi, tapi juga bagaimana menarik minat generasi muda untuk kembali bertani. Dengan sistem digital, bertani kini bisa lebih modern, terukur, dan produktif,” lanjutnya.
Taufik menyebut, fasilitas dan dukungan teknologi ini merupakan hasil kerja sama dengan Bank Indonesia (BI), yang selama dua tahun terakhir konsisten berkontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian modern di Kutai Kartanegara.
“Alhamdulillah, BI telah banyak berkontribusi, khususnya dalam pemanfaatan teknologi pertanian,” ungkapnya.
Tentang Padi Varietas Leisa
Padi varietas Leisa merupakan salah satu varietas unggulan hasil pemuliaan tanaman padi yang dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi air, serta ketahanan terhadap perubahan iklim dan serangan hama. Varietas ini mulai diperkenalkan di beberapa daerah Indonesia, termasuk Kutai Kartanegara, dalam program percontohan pertanian adaptif.
Beberapa keunggulan varietas Leisa antara lain:
-
Umur tanaman lebih pendek (rata-rata 105–110 hari setelah tanam), sehingga dapat dipanen lebih cepat.
-
Tahan terhadap kondisi cekaman air dan cocok untuk lahan tadah hujan maupun sawah beririgasi terbatas.
-
Efisiensi penggunaan air yang lebih baik dibanding varietas konvensional, mendukung sistem low emission sustainable agriculture (LEISA).
-
Toleran terhadap hama dan penyakit utama padi, seperti wereng batang coklat dan blas daun.
-
Kualitas beras tinggi, dengan tekstur pulen dan rendemen giling mencapai 65–70%.
Varietas Leisa (Low Emission Sustainable Agriculture) juga dirancang untuk mendukung konsep pertanian berkelanjutan rendah emisi karbon, yang sejalan dengan arah kebijakan pertanian nasional berbasis green economy.
Melalui penerapan varietas ini, Distanak Kukar berharap produktivitas padi di wilayah Tenggarong dan sekitarnya meningkat hingga 6–7 ton per hektare, sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas pertanian konvensional.
Menuju Pertanian Modern dan Berkelanjutan
Panen padi varietas Leisa di Bukit Biru menjadi momentum penting dalam transformasi sektor pertanian Kukar menuju modernisasi berbasis teknologi dan lingkungan berkelanjutan. Pemerintah daerah berkomitmen untuk memperluas penerapan digital farming di berbagai kecamatan, termasuk di sentra-sentra pertanian seperti Tenggarong Seberang, Marangkayu, dan Muara Kaman.
“Kukar ingin menjadi kabupaten pertanian modern di Kalimantan Timur. Dengan dukungan teknologi, kita bisa tingkatkan hasil, kurangi emisi, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan,” tutup Taufik.
Ar | Wong