1BANGSA.ID-Menteri Pertanian Amran Sulaiman menetapkan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sebagai lumbung pangan Kalimantan Timur (Kaltim). Penegasan itu disampaikan Amran saat membuka Rembuk KTNA Nasional 2025 di Tenggarong secara virtual, Sabtu (20/9/2025). Ia menegaskan, status tersebut bukan sekadar gelar simbolis, melainkan pengakuan atas kontribusi nyata Kukar dalam menjaga ketahanan pangan daerah.
Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri, menyambut baik pernyataan tersebut. Ia menuturkan, data produksi menunjukkan hampir setengah dari total gabah kering giling di Kaltim—sekitar 48 persen—berasal dari lahan persawahan di Kukar. “Data ini membuktikan peran Kukar sebagai penopang utama ketahanan pangan di Kalimantan Timur,” ujarnya.
Menurut Aulia, penguatan sektor pangan tidak cukup hanya berfokus pada peningkatan produksi di tingkat hulu. Pemerintah daerah kini mendorong hilirisasi pertanian, agar hasil panen yang melimpah bisa diolah menjadi produk bernilai tambah. “Sektor hulu kita sudah cukup kuat. Sekarang saatnya bergerak ke hilir, agar petani mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar,” katanya.
Langkah hilirisasi tersebut diharapkan mampu menjaga stabilitas harga komoditas, memperkuat PDRB daerah, serta menjadikan petani bagian dari rantai ekonomi yang lebih luas. Pemkab Kukar menargetkan agar komoditas unggulan seperti padi, hortikultura, dan perikanan bisa diolah oleh industri kecil dan menengah. “Kita ingin petani tidak hanya berhenti di sawah, tapi juga bisa ikut dalam proses pengolahan dan pemasaran,” lanjutnya.
Selain komoditas padi, Kukar juga memiliki potensi besar di sektor perkebunan, hortikultura, dan perikanan. Aulia menyebut, pengembangan lintas sektor ini akan memperkuat posisi Kukar sebagai pusat pangan regional. Kehadiran Rembuk KTNA Nasional 2025 pun dinilai menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi antarpetani dan nelayan, sekaligus mempercepat transfer teknologi.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap Kukar semakin kokoh sebagai pusat pangan Kaltim dan menjadi contoh dalam inovasi pertanian dan perikanan berkelanjutan,” pungkas Aulia.
AR