Share Post

Dinas Kesehatan Kukar Antisipasi Lonjakan Kasus Demam Berdarah

TENGGARONG – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menghadapi peningkatan signifikan dalam kasus demam berdarah (DBD) selama tiga tahun terakhir, menurut data terbaru dari Dinas Kesehatan setempat. Peningkatan ini menimbulkan kekuatiran serius di kalangan pejabat kesehatan dan masyarakat.

Pada tahun 2021, tercatat sebanyak 186 kasus DBD dengan 3 korban jiwa. Namun, angka tersebut melonjak drastis pada tahun 2022 menjadi 843 kasus dan 5 kematian. Lebih mengkhawatirkan lagi, pada tahun 2023, jumlah kasus meningkat menjadi 1.118 dengan 4 kematian. Dan, hanya dalam bulan Januari 2024, kasus DBD telah mencapai angka 367.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kukar, Supriyadi, mengungkapkan bahwa fluktuasi kasus DBD sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi geografis Kukar yang didominasi oleh perairan.

“Kasus DBD itu dari tahun ke tahun fluktuatif, karena memang wilayah geografis di Kukar sebagian besar air,” ujar Supriyadi pada saat diwawancarai, Kamis (18/4/2024).

Tiga kecamatan dengan angka DBD tertinggi pada tahun 2023 adalah Sebulu, Muara Kaman, dan Tenggarong Seberang. Ketiga kecamatan ini merupakan wilayah perairan dan rawa, yang menjadi habitat ideal bagi nyamuk Aedes Aegypti, vektor penyakit DBD.

Curah hujan yang tinggi juga berkontribusi pada peningkatan kasus DBD, dengan menciptakan lebih banyak lokasi endemik bagi nyamuk untuk berkembang biak.

“Selain itu juga, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan lokasi endemik nyamuk Aedes Aegypti tumbuh berkembang biak,” tambah Supriyadi.

Supriyadi menekankan pentingnya pencegahan kematian akibat DBD, dengan mengantisipasi peningkatan kasus yang biasanya terjadi hingga bulan Mei, Juni, dan bahkan Agustus.

“Yang kita antisipasi jangan sampai meninggal. Biasanya kasus DBD nanti akan naik, sampai bulan Mei, Juni, bahkan bisa sampai Agustus naik terus kasus DBD ini,” tuturnya.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah kesadaran masyarakat yang masih minim terkait kebersihan lingkungan. Ini menjadi fokus utama dalam upaya mengendalikan penyebaran DBD di wilayah tersebut.

Dengan situasi yang semakin mendesak, pihak berwenang dan masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah-langkah preventif guna mengurangi risiko DBD.

“Edukasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan pengendalian nyamuk Aedes Aegypti menjadi kunci dalam memerangi wabah ini,” pungkasnya. #

Reporter: Ari | Editor: Charle| ADV | Diskominfo Kukar

Share Post
Leave A Reply

Your email address will not be published.