
1BANGSA.ID— Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, mengambil langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan daerah dengan mendeklarasikan tiga sekolah berbasis pemberdayaan di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.
Langkah ini pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan bersama Dinas Perikanan dan Kelautan, sebagai bentuk konkret pembinaan berkelanjutan bagi para petani, peternak, dan nelayan lokal.
Manajer Tim Teknis Peningkatan Mutu dan Kapasitas Pertanian dan Perikanan, Tollaal Badaru, menjelaskan bahwa program ini merupakan tindak lanjut dari observasi lapangan yang dilakukan sebulan sebelumnya di beberapa wilayah potensial.
Hasil observasi tersebut menjadi dasar untuk merancang pelatihan yang tepat sasaran, dan sesuai kebutuhan riil masyarakat pelaku utama sektor pangan.
“Selama satu bulan kami terjun langsung, melihat potensi, hambatan, dan kondisi sosial di lapangan. Hari ini deklarasinya, sekaligus menetapkan masing-masing 9 orang per bidang sebagai peserta utama yang dipilih langsung oleh kelompok tani, ternak, dan ikan lewat musyawarah,” jelas Tollaal.
Belajar Langsung dari Lapangan Selama Enam Bulan
Sebanyak 27 orang peserta (9 dari pertanian, 9 peternakan, dan 9 perikanan) akan mengikuti pelatihan intensif selama enam bulan penuh. Uniknya, para peserta ini tidak hanya mendapatkan materi, tetapi juga didampingi oleh fasilitator yang akan tinggal dan berkegiatan bersama mereka di lapangan
“Ada 13 materi inti yang akan diajarkan. Tapi secara garis besar kami membaginya ke dalam tiga pilar utama: pembentukan karakter (45 persen), bisnis kolektif bersama (35 persen), dan sisanya 20 perse adalah teknis serta iptek,” papar Tollaal.
Meskipun konten dasar pelatihan seragam, perbedaan akan muncul dalam aspek teknologi dan keterampilan spesifik sesuai bidangnya—baik pertanian, peternakan, maupun perikanan.
“Ini dirancang agar hasil pembelajaran tetap aplikatif sesuai dengan kondisi riil,” lanjut Tollaal.
Menjawab Tantangan Bantuan yang Tak Berdampak
Tollaal juga menyoroti tantangan klasik yang selama ini dihadapi: banyaknya bantuan pemerintah kepada kelompok tani dan nelayan, yang belum berbanding lurus dengan peningkatan produktivitas.
“Kadang alat, bibit, atau bantuan lainnya sudah digelontorkan. Tapi kenapa hasilnya belum maksimal? Ternyata bukan hanya soal teknologi, tapi mental dan karakter juga belum dibentuk. Maka program ini mencoba menutup celah itu,” tandas Tollaal.
Dengan pendekatan karakter dan bisnis kolektif, program ini diharapkan melahirkan pelaku pertanian-perikanan yang tidak hanya andal secara teknis, tapi juga berjiwa pemimpin dan mampu mengelola kelompok secara berkelanjutan.
Pasca-Lulus: Membangun Komunitas Produktif
Program ini tidak berhenti di pelatihan. Setelah enam bulan masa pembekalan, para lulusan akan dihimpun dalam komunitas berbasis wilayah. Setiap alumni wajib menularkan ilmu dan semangatnya ke tingkat kecamatan masing-masing, agar efek program meluas secara sistematis.
“Jadi ini bukan hanya ilmu untuk pribadi. Mereka harus jadi agen perubahan di wilayahnya. Nantinya akan terbentuk komunitas sekolah pemberdayaan di tingkat kabupaten bahkan bisa terkoneksi dengan daerah lain di Indonesia,” urai Tollaal.
Arah Baru untuk Ketahanan Pangan Kukar
Langkah deklaratif ini menjadi babak baru dalam penguatan sumber daya manusia sektor pangan Kukar. Dengan pendekatan pemberdayaan berbasis komunitas, pemerintah berharap terbangun ekosistem pertanian, peternakan, dan perikanan yang kuat, modern, dan berkelanjutan.
“Tujuan akhirnya sederhana tapi penting: produktivitas naik, kesejahteraan petani meningkat, dan ketahanan pangan daerah kita semakin kokoh,” paparnya.#
Reporter: Hardin|Editor: Hoesin KH/Adv|Distanak