1BANGSA.ID-Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kutai Kartanegara, Muslik, menegaskan pentingnya langkah-langkah terpadu dalam upaya pelestarian Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) yang kini semakin terancam punah.
Menurut Muslik, pelestarian satwa spesies lumba-lumba yang endemik atau asli dari Indonesia yang ada di Kalimantan Timur tersebut, tidak hanya fokus pada individu pesut, melainkan juga pada ekosistem perairan yang menjadi habitat dan sumber makanannya.
“Kalau kita bicara pelestarian pesut, maka kita juga harus bicara pelestarian ikan-ikan yang menjadi sumber makanannya. Karena itu, konservasi habitat dan penguatan stok ikan menjadi prioritas,” kata Muslik di ruang kerjanya, Kamis (17/7/2025).
Muslik menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya pemantauan terhadap pergerakan pesut, sekaligus penetapan kawasan konservasi perairan.
Salah satu langkah konkret adalah penguatan fungsi suaka perikanan yang tersebar di beberapa titik strategis, seperti Batu Bumbun (Muara Muntai), Lelakang (Kota Bangun), dan Muara Kaman yang menjadi jalur jelajah utama pesut Mahakam.
“Pesut ini punya wilayah jelajah yang luas, bukan hanya di satu titik. Di danau itu hanya tempat bermain dan mencari makan. Jadi kawasan itu harus benar-benar dijaga agar tetap alami,” lanjut Muslik.
Upaya menjaga kelestarian juga dibarengi dengan tindakan terhadap praktik ilegal seperti illegal fishing yang masih kerap terjadi.
Menurut Muslik, pihaknya aktif melakukan edukasi serta mengganti alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dengan alat yang lebih lestari. Hal ini sejalan dengan program nasional penguatan konservasi biodiversitas perairan.
“Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan adalah salah satu cara kita mengurangi tekanan terhadap ekosistem, dan secara tidak langsung melindungi pesut,” tekan Muslik.
Muslik menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga keberlanjutan konservasi. Muslik menyebut bahwa pendekatan pentahelix, yakni kerja sama antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media—merupakan kunci sukses menjaga habitat pesut Mahakam.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Perusahaan-perusahaan di sekitar DAS Mahakam, termasuk yang beraktivitas di kawasan danau Semayang, Melintang, dan Jempang, harus ikut menjaga ekosistem ini,” lanjut Muslik.
Selain fokus pada konservasi, Dinas Perikanan dan Kelautan juga aktif dalam program pemberdayaan nelayan di desa-desa sekitar danau dan sungai.
Bantuan alat tangkap, perahu, mesin, serta pengembangan budidaya ikan dalam keramba turut diberikan, untuk mendorong ekonomi masyarakat pesisir sekaligus menekan tekanan terhadap ekosistem alami.
“Daerah seperti Pela, Tanjung Limau, Melintang dan sekitarnya, itu wilayah tangkap utama. Kami bantu mereka dengan teknologi ramah lingkungan dan pengembangan budidaya, supaya mereka juga ikut menjaga ekosistem,” ungkap Muslik.
Menutup pernyataannya, Muslik mengajak generasi muda untuk turut terlibat dalam menjaga eksistensi Pesut Mahakam dan menilai pesut bukan hanya identitas Kalimantan Timur, tapi juga menjadi ikon dunia yang harus dibanggakan.
“Generasi muda harus mencintai dan bangga terhadap pesut. Karena pelestarian pesut adalah pelestarian jati diri kita sebagai masyarakat Mahakam,” tegas Muslik.
Seperti diketahui, populasi Pesut Mahakam ini terisolasi di Sungai Mahakam dan tidak menyebar merata di seluruh bagian sungai.
Keberadaannya terkonsentrasi di bagian tengah Sungai Mahakam. Saat ini jumlah Pesut Mahakam dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Berdasarkan beberapa penelitian, dilaporkan bahwa populasi Pesut Mahakam saat ini hanya tinggal sekitar 80 ekor.
Penurunan jumlah populasi Pesut Mahakam disebabkan oleh beberapa ancaman, yang utama yaitu terjadinya penyusutan habitat.
Penyusutan habitat yang terjadi merupakan dampak dari adanya aktivitas manusia, di mana terjadinya perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan degradasi habitat dan hilangnya habitat bagi banyak spesies.
Selain itu, perubahan kualitas air sungai akibat dari pembangunan secara langsung dan tidak langsung, dapat mempengaruhi Pesut Mahakam.
Ancaman lain terhadap kelestarian Pesut Mahakam adalah kematian yang disebabkan oleh jaring nelayan. Hal ini disebabkan Pesut Mahakam memiliki kecenderungan untuk memangsa ikan-ikan yang terjerat di jaring nelayan.
Ikan yang terperangkap tentunya lebih mudah dimangsa oleh Pesut Mahakam, namun risiko besar yang dihadapi ketika memangsa ikan di jaring nelayan ini mereka bisa ikut terjerat oleh jaring itu. Apabila terjerat dan tidak mampu melepaskan diri lagi maka Pesut Mahakam akan mati karena tidak bisa ke permukaan untuk bernafas.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan Pesut Mahakam ke dalam daftar critically endangered (sangat terancam punah).#
Reporter: Hardin|Editor: Hoesin KH