BONTANG – Dikenal sebagai pusat industri utama di Kalimantan Timur, Kota Bontang semakin memikat para investor dengan keunikan daya tariknya yang tidak hanya terbatas pada sektor industri, namun juga berpotensi besar di bidang pariwisata.
Terletak strategis di pesisir Kalimantan Timur, kota ini memiliki prospek investasi yang luas, mulai dari industri energi hingga pariwisata bahari yang eksotis.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Bontang Muhammad Aspianur menekankan pentingnya potensi kedua sektor ini dalam menarik minat investor.
“Tren investasi masa depan di Bontang menunjukkan sektor industri dan pariwisata sebagai daya tarik utama. Untuk pariwisata kelautan, meskipun pengelolaannya berada di bawah wewenang provinsi, kami baru saja mendapatkan persetujuan untuk mengelola beberapa kawasan,” ucapnya.
Ia berharap ke depannya Bontang bisa menjadi salah satu destinasi wisata pendukung bagi para pengunjung yang datang ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
Aspianur menjelaskan bahwa keindahan alam Bontang, yang meliputi pantai-pantai, pulau-pulau eksotis, serta taman laut, memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut dengan dukungan investasi.
Menurutnya, destinasi-destinasi tersebut menawarkan kesempatan emas bagi para investor yang ingin berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di kota ini.
Di samping sektor pariwisata, industri Bontang terutama di bidang energi dan manufaktur, terus menarik minat investor besar.
Menurutnya, keberadaan industri di sini tidak hanya membuka lapangan kerja, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan daerah.
“Kawasan industri di Bontang sangat strategis, memberikan peluang besar bagi calon investor untuk mengembangkan bisnis mereka,” kata Aspianur.
Bontang memiliki sejumlah proyek besar yang menjadi perhatian investor, termasuk pabrik Soda Ash yang akan segera dibangun di kawasan industri Kaltim Industrial Estate (KIE) dengan investasi senilai Rp2,7 triliun.
Pabrik ini diharapkan dapat menarik berbagai industri turunan, seperti pabrik kaca, detergen, dan sabun, yang akan memperkuat ekosistem industri di wilayah ini.
Meski memiliki potensi besar, pengembangan kawasan industri di Bontang tak lepas dari tantangan. Aspianur mengungkapkan bahwa kendala utama saat ini adalah keterbatasan lahan di kawasan industri Bontang Lestari.
Dari total 1.600 hektare lahan yang dialokasikan, baru sekitar 600 hektare yang dikelola pihak swasta, sementara sisanya menghadapi kendala perizinan dan pembebasan lahan.
“Di KIB, sebagian lahan di daerah pinggir laut memang berharga lebih rendah, tetapi untuk lahan yang berada di daratan, harga tanah tentu lebih tinggi,” jelas Aspianur.
Selain itu, ketidakpastian politik jelang tahun politik 2024 turut menjadi faktor yang memengaruhi minat investor.
“Para investor cenderung menunggu arah kebijakan kepemimpinan yang baru sebelum memutuskan untuk berinvestasi lebih jauh. Hal ini tidak hanya terjadi di Bontang, tetapi juga di banyak daerah lain,” tambah Aspianur.
Pemerintah Kota Bontang dan DPM-PTSP berharap kehadiran para investor akan memperkuat fondasi ekonomi kota ini dan menciptakan peluang baru bagi masyarakat sekitar. #
Reporter: Nurdin | Editor: Wong | ADV